Iklan

Iklan

Pacuan Kuda, “Sport Tourism” yang Hanya Ada di Wilayah Tengah Aceh

Redaksi
Sabtu, 25 Desember 2021, 20:48 WIB


“Jangan lalu lalang, kuda mau dilepas….”


Adalah pesan yang berulang kali diucapkan oleh komentator pada acara “Race Pacu Kuda Latihan Bersama” yang diselenggarakan oleh Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PORDASI) Kab. Bener Meriah yang bertempat di Lapangan Pacuan Kuda Sengeda Kabupaten Bener Meriah.


Seakan menjadi tradisi bagi masyarakat di wilayah tengah Aceh, olahraga pacuan kuda selalu menjadi magnet bagi masyarakat di wilayah ini. Tak jarang, masyarakat dari Kabupaten tetangga seperti Bireun, Lhokseumawe, Bahkan Banda Aceh ikut hadir untuk menikmati pertunjukan olahraga yang telah berusia ratusan tahun tersebut. 


Menurut pengamatan saya, tak kurang dari 10.000 orang ikut hadir untuk menyaksikan para joki cilik memacu kuda balap di dalam arena lintasan. Walau tribun dan pinggir arena lintasan dipadati oleh penonton, para panitia telah menyiapkan protokol kesehatan yang ketat. Selain protokol kesehatan, para panitia juga menyiapkan gerai vaksin Covid-19 untuk warga masyarakat yang ingin melakukan vaksinasi.


Pelaksanaan Balapan Pacuan Kuda di wilayah tengah Aceh sempat tertunda selama satu tahun—yang disebabkan oleh wabah Covid-19 pada akhir 2019 yang lalu. Tak heran, jika sejak senin kemarin, Arena Pacuan Kuda Sengeda dipadati oleh penonton yang datang silih berganti.


Bagi masyarakat di wilayah tengah Aceh, Pacuan Kuda bukan sekedar pertunjukan olahraga biasa, saya merasakan betul suasana “Euforia” masyarakat. Disini, Pacuan Kuda mendapatkan tempat dalam spektrum kajian sosio-kultural hingga ekonomi. Saya bisa menggambarkannya melalui satu ilustrasi sederhana, dibanyak wilayah di Aceh, jika lebaran menjadi momen untuk berbelanja pakaian baru, maka bagi masyarakat di Wilayah Tengah Aceh, khususnya Bener Meriah, ajang Balapan Pacuan Kuda adalah momen tambahan selain lebaran untuk mengenakan pakaian baru.


Hadir sejak pagi tadi, selama balapan berlangsung saya mencatat beberapa hal—yang barangkali bisa menjadi masukan untuk Pemerintah Kabupaten Bener Meriah dalam hal pengelolaan Balapan Pacuan Kuda—kaitannya dengan peningkatan ekonomi masyarakat. 


Pertama, Pemerintah Kab. Bener Meriah perlu memaksimalkan infrastruktur yang memiliki standarisasi seperti tribun penonton, area untuk pedagang yang rapi, hingga toilet yang bersih. Bila perlu, penyelenggara bisa menambah pertunjukan seni seperti penampilan band dengan aliran musik kontemporer serta musik etnik yang berasal dari dataran tinggi gayo. Tujuannya adalah untuk menghibur para penonton selama masa jeda balapan berlangsung. 


Kedua, Pemerintah Kab. Bener Meriah perlu mengoptimalkan strategi promosi yang menarik dan masif. Tujuannya adalah untuk menarik minat para wisatawan Lokal hingga Nasional untuk datang Ke Bener Meriah untuk menyaksikan agenda tahunan tersebut. 


Ketiga, Penyelenggaraan Balapan Pacuan Kuda harus mampu memberikan kontribusi besar terhadap sumbangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kab. Bener Meriah. Poin yang terakhir akan terwujud jika Pemerintah Kab. Bener Meriah mampu memaksimalkan poin pertama dan kedua. Wilayah tengah Aceh berpotensi menjadi destinasi wisata unggulan Provinsi Aceh, selain Keberadaan Bandara Rembele, udara sejuk adalah variable pendukung yang tidak dimiliki oleh daerah lainnya yang ada di Aceh. 


Apresiasi kami kepada seluruh pihak, khususnya Tenaga Kesehatan, Pemkab Bener Meriah, TNI dan Polri serta Pordasi yang telah memanfaatkan Penyelenggaraan Race Pacu Kuda Latihan Bersama selama satu minggu ini untuk memaksimalkan agenda vaksinasi Covid-19.

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Pacuan Kuda, “Sport Tourism” yang Hanya Ada di Wilayah Tengah Aceh

Terkini

Iklan

Close x